I. PENGERTIAN :
1. KONGHUCU
Agama Konghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokian) atau Ru Jiao (Hua Yu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan atau agama bagi kaum terpelajar. Agama ini sudah dikenal sejak 5000 tahun yang lalu, lebih awal 2500 tahun banding usia Kongzi sendiri.
2. KONGZI, KONGCHU, CONFUCIUS
Kongzi (Hua Yu) atau Kongchu (dialek Hokian) atau Conficius (Latin) adalah nama nabi terakhir dalam agama Konghucu. Ia lahir pada tanggal 27 bulan 8 tahun 0001 Imlek atau 551 sM. Kongzi adalah nabi terbesar dalm agama Konghucu dan oleh sebab itu banyak orang yang kemudian menamai Ru Jiao sebagai Confucianism, yang krmudian di Indonesia dikenal dengan agama Konghucu. Sebagai bukti akan kebesaran Kongzi atau nabi Khongcu, tahun pertama dati penanggalan Imlek dihitung sejak tahun kelahirannya. Padahal penanggalan Imlek diciptakan pada jaman Huang Di, 2698 – 2598 sM dan telah digunakan sejak Dinasti Xia, 2205 – 1766 sM. Penetapan tahun pertama ini dilakukan Kaisar Han Wu Di dari Dinasti Han pada tahun 104 sM.
3. DIWARTA
BEBERAPA NABI LAIN DALAM AGAMA KONGHUCU
Nabi pertama yang tercatat dalam sejarah Ru Jiao adalah Fu Xi, hidup pada 30 abad sM, yang mendapat wahyu dan menuliskan kitab Yi Jing atau Kitab Perubahan. Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa, yang menciptakan Hukum Perkawinan. Sejak saat itu anak bukan lagi dianggap anak ibu saja, melainkan anak ayah.Selain Nu Wa, di dalam Ru Jiao dikenal Nabi perempuan lain, yaiu Lei Zu, Jiang Yuan, dan Tai Ren. Nabi lain yang masih dikenal antara lain Huang Di, Yao, Sun, Xia Yu, Wen, Zhou Gong atau Jidan dan terakhir Kongzi. kitab Yi Jing yang kita kenal sekarang tidak ditulis oleh Fu Xi belaka, namun ditulis dan disempurnakan oleh 5 (lima) nabi yang mendapat wahyu dalam tempo berlainan, yaitu : Fu Xi, Xia Yu, Wen, Zhou Gong dan Kongzi.
3. KITAB SUCI AGAMA KONGHUCU
Kitab Suci agama Konghucu sampai saata bentuknya yang sekarang mengalami perkembangan yang sangat panjang. Kitab suci yang paling tua berasal dari Yao (2357 – 2255 sM) atau bahkan bisa dikatakan sejak Fu Xi (30 abad sM). Yang termuda ditulis cicit murid Kongzi, Mengzi (wafat 289 sM), yang menjabarkan dan meluruskan ajaran Kongzi, yang pada waktu itu banyak diselewengkan. Kitab suci yang berasal dari Nabi Purba sebelum Kongzi, ditambah Chunqiujing (Kitab atau catatan Jaman Cun Ciu / Musim Semi dan Musim Rontok) yang ditulis sendiri oleh Kongzi, sesuai dengan wahyu Tian, kemudian dihimpun Kongzi dalam sebuah kitab yang disebut Wujing. Beberapa saat sebelum wafat, Nabi Kongzi mempersembahkan Wujing dalam persembahan kepada Tian.
Wu Jing terdiri atas :
i.Shijing (Kitab Sanjak), yang berisi nyanyian religi, puji – pujian akan keagungan Tian dan nyanyian untuk upacara di istana.
ii.Shujing (Kitab Dokumentasi Sejarah Suci), yang berisi sejarah suci agama Konghucu.
iii.Yijing, berisi tentang penjadian alam semesta, sehingga mereka yang menghayati Kitab ini akan mampu menyibak tabir kuasa Tian dengan segala aspeknya.
iv.Lijing (Kitab Kesusilaan), yang berisi aturan dan pokok – pokok kesusilaan dan kepribadian, serta
v.Chunqiujing.
Pokok – pokok ajran dan sabda – sabda nabi Kongzi sendiri, kemudian dihimpun murid – muridnya dalam sebuah kitab suci yang disebut Si Shu (Kitab suci yang Empat), yang terdiri atas :
i.Daxue (Ajaran Agung / Besar), yang berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat, Negara dan dunia. Dexueditulis oleh Zengzi atau Zengshen, murid Kongzi dari angkatan muda.
ii.Zhongyong (Tengah Sempurna), yang berisi ajaran keimanan agama Konghucu. Zhongyong ditulis oleh Zisi atau Kongji, cucu Kongzi.
iii.Lunyu (Sabda Suci), yang berisi percakapan Kongzi dengan murid – muridnya. Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid utama Kongzi, yang waktu itu berjumlah 3.000 murid, dimana 72 orang diantaranya tergolong murid utama, dan
iv.Kitab Mengzi yang ditulis Mengzi.
4. KONSEP KETUHANAN DALAM AGAMA KONGHUCU
Ru Jiao atau agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkiarakan dan ditetapkan, namun tiada wujud satupun tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).
5. WATAK SEJATI ATAU SIFAT KODRAT UMAT MANUSIA, MENURUT AGAMA KONGHUCU
Sifat kodrati atau watak sejati manusia (Xing) menurut agama Konghucu adalah bersih dan baik, karena berasal dari Tian sendiri. Agar sifat baik ini bisa terpelihara, maka manusia perlu berupaya hidup di dalam jalan yang diridhoi Tuhan (Jalan Suci, Dao). Bimbingan agar manusia dapat hidup dalam Jalan Suci disebut agama. Dengan demikian menjadi jelas bahwa agama diciptakan oleh Tuhan dan disampaikan oleh para nabi untuk kepentingan umat manusia. menyadari bahwa agama – agama diturunkan Tuhan lewat Nabi untuk kepentingan umat manusia, maka umat Konghucu wajib hidup penuh susila, tepasalira, penuh toleransi dan penghormatan kepada umat agama lain, atas dasar keyakinan bahwa agama – agama atau jalan – jalan Suci itu semuanya berasal dariNya.
Seperti halnya ajaran pokok agama lain, dalam agama Konghucu dikenal hubungan vertikal antara manusia dengan Sang Khalik dan hubungan, horizontal antara sesama manusia. Dalam kosakata Agama Konghucu disebut sebagai Zhong Shu, Satya kepada (Firman) Tuhan, dan Tepasalira (tenggang rasa) kepada sesama manusia. Prinsip Tepasalira ini kemudian ditegaskan dalam beberapa sabdanya yang terkenal. “Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan diberikan kepada orang lain” dan “Bila diri sendiri ingin tegak (maju), berusahalah agar orang lain tegak (maju)”. Kedua sabda ini dikenal sebagai “Golden Rule” (Hukum Emas) yang bersifat Yin dan Yang.
Dalam berbagai kesempatan Kongzi menekankan pentingnya manusia mempunyai “Tiga Pusaka Kehidupan”, “Tiga Mutiara Kebajikan” atau “Tiga Kebajikan Utama”, yaitu : Zhi, Ren dan Yong. Ditegaskan bahwa, “Yang Zhi tidak dilamun bimbang, yang Ren tidak merasakan susah payah, dan yang Yong tidak dirundung ketakutan”.
Zhi berarti wisdom dan sekaligus enlightenment (Bijaksana dan tercerahkan/ pencerahan). Bijaksana dapat diartikan pandai, selalu menggunakan akal budinya, arif, tajam pikiran, mampu mengatasi persoalan dan mampu mengenal orang lain. Pencerahan atau yang Tercerahkan, berarti mampu mengenal dan memahami diri sendiri, termasuk di dalamnya mampu mengenal yang hakiki. Untuk mencapai Zhi, manusia harus belajar keras, dengan menggunakan kemampuan dan upaya diri sendiri. Agama, para Nabi dan atau Guru Agung hanya bisa membantu, namun untuk mencapainya adalah dari upaya diri sendiri. Orang yang ingin memperoleh Zhi, berarti ia harus belajar keras untuk meraih Kebijaksanaan dan sekaligus Pencerahan (batin).
Ren berarti Cinta Kasih universal, tidak terbatas pada orang tua dan keluarga sedarah belaka namun juga kepada sahabat, lingkungan terdekat, masyarakat, bangsa, negara, agama dan umat manusia. Ren bebas dari stigma masa lalu dan tidak membeda-bedakan manusia dari latar belakang atau ikatan primordialnya. Ren tidak mengenal segala bentuk diskriminasi atau pertimbangan atas dasar kelompok. Meski berasal dari satu kelompok, bila seseorang bersalah atau melanggar Kebajikan, maka bisa saja kita berpihak kepada orang yang berasal rbeda namun benar-benar berada dalam Kebajikan. Ren dalam pengertian Agama Konghucu selalu didasari pada sikap ketulusan, berbakti, memberi bukan meminta atau menuntut balasan dalam bentuk apapun. Namun perlu diingat bahwa Ren tidak berarti mencinta tanpa dasar pertimbangan baik dan buruk. Dalam salah satu sabdanya Kongzi mengatakan bahwa “Orang yang berperi cinta kasih bisa mencintai dan membenci”. Mencintai Kebaikan dan membenci keburukan. Balaslah Kebaikan dengan Kebaikan; Balaslah Kejahatan dengan kelurusan”.
Di sini berarti siapa pun yang bersalah, harus diluruskan, dihukum secara adil dan diberi pendidikan secara optimal agar dapat kembali ke jalan yang benar. Setelah berada di jalan yang benar, kita tidak boleh terkena stigma, menilai atas dasar masa lalu seseorang.
Yong juga diartikan sebagai Keberanian untuk melakukan koreksi dan instrospeksi diri. Bila bersalah, kita harus Berani mengakui kesalahan tersebut dan sekaligus Berani untuk mengkoreksinya. Nabi Kongzi berkata, “Sungguh beruntung aku. Setiap berbuat kesalahan, selalu ada yang mengingatkannya”. Ditambahkan, “Sesungguh-sungguhnya kesalahan adalah bila menjumpai diri sendiri bersalah, namun tidak berusaha untuk mengkoreksi atau memperbaikinya”. Maka seorang yang berjiwa besar adalah orang yang berani belajar dari kesalahan.
Oleh Mengzi, Y ong kemudian dijabarkan sebagai Yi (Kebenaran) dan Li (kesusilaan, Tahu Aturan, Ketertiban atau Hukum). Bila seseorang mampu menjalani Ren, Yi, Li dan Zhi dengan baik, maka ia diharapkan mampu menjadi seorang Junzi (Kuncu), atau orang yang beriman (dan tentu saja berbudi pekerti luhur). Dalam Islam disebut “Insan Kamil”. Dengan demikian diharapkan ia akan menjadi manusia yang terpercaya atau Dapat Dipercaya (Xin). Pokok ajaran Ren, Yi, Li, Zhi dan Xin atau, inilah yang biasa disebut sebagai “Lima Kebajikan” atau Wu Chang.
Di Indonesia kedatangan agama Konghucu diperkirakan telah terjadi sejak akhir jaman pra sejarah, terbukti dari ditemukannya benda pra sejarah seperti kapak sepatu yang terdapat di Indo China dan Indonesia, yang tidak terdapat di India dan Asia Kecil. Penemuan ini membuktikan telah terjadi hubungan antara kerajaan-kerajaan yang terdapat di daratan yang kita kenaI sekarang sebagai Tiongkok dengan Indonesia, baik secara langsung atau tidak langsung melalui Indo China. Perlu diketahui bahwa pendiri Dinasti Xia, dinasti pertama dalam sejarah Tiongkok kuno, adalah Xia Yu, yang merupakan orang Yunan, atau nenek moyang bangsa Melayu.
6. TEMPAT IBADAH & ROHANIWAN AGAMA KONGHUCU
Tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio), Kongzi Miao, Khongcu Bio dan Kelenteng. Litang, se1ain mempakan tempat sembahyang, juga merupakan tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15 an Imlek). Di sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para Rohaniwan. Miao dan Kelenteng biasanya hanya merupakan tempat sembahyang. Kalau pun ada kebaktian, biasanya ditempatkan di ruangan yang terpisah agar tak terganggu aktivitas sembahyang. Di samping menjadi tempat ibadah agama Konghucu, Kelenteng biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan agama Buddha Mahayana.
Rohaniwan agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, J iaosheng, Zhanglao dan ketua-Ketua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum menjadi Xueshi (biasa disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi Wenshi, harus melalui jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai tingkatan sesepuh atau sangat senior di sebut Zhanglao (ZI).
Setian rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan (persidian, peneguhan iman) dari Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki kewenangan:
- Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.
- Melakukan Liyuan umat.
- Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama Konghucu, termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam tata Agama Konghucu.
Sumber :
http://www.g-excess.com/136/pengertian-agama-konghucu/
II. Pengertian :
1. Konfusianisme sebagai agama dan filsafat
Konfusianisme muncul dalam bentuk agama di beberapa negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan RRC. Dalam bahasa Tionghoa, agama Khonghucu seringkali disebut sebagai Kongjiao (孔教) atau Rujiao (儒教).2. Agama Khonghucu di zaman Orde Baru
Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa juga terpaksa mengubah nama dan menaungkan diri menjadi vihara yang merupakan tempat ibadah agama Buddha.3. Agama Khonghucu di zaman Orde Reformasi
Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali pengakuan atas identitas mereka sejak UU No 1/Pn.Ps/1965 yang menyatakan bahwa agama-agama yang banyak pemeluknya di Indonesia antara lain Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.4. Hal-hal yang perlu diketahui dalam agama Khonghucu
- Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi (先知)
- Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi, namun dikarenakan tidak banyak akses ke litang, masyarakat umumnya menganggap klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu.
- Menetapkan Sishu Wujing (四書五經) sebagai kitab suci resmi
- Menetapkan tahun baru Imlek, sebagai hari raya keagamaan resmi
- Hari-hari raya keagamaan lainnya; Imlek, Hari lahir Khonghucu (27-8 Imlek), Hari Wafat Khonghucu (18-2-Imlek), Hari Genta Rohani (Tangce) 22 Desember, Chingming (5 April), Qing Di Gong (8/9-1 Imlek) dsb.[1]
- Rohaniawan; Jiao Sheng (Penyebar Agama), Wenshi (Guru Agama), Xueshi (Pendeta), Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh).
- Kalender Imlek terbukti di buat oleh Nabi Khongcu (Konfusius). Nabi Khongcu mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Xia (2200 SM) yang sudah di tata kembali oleh Nabi Khongcu.
5. Ajaran Konfusius
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM.
Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
6. Intisari ajaran Khong Hu Cu
- Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
- 1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
- 2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
- 3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
- 4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
- 5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
- 6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
- 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
- 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
- Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):
- Ren - Cintakasih
- Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
- Li - Kesusilaan, Kepantasan
- Zhi - Bijaksana
- Xin - Dapat dipercaya
- Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
- Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
- Hubungan antara Suami dan Isteri
- Hubungan antara Orang tua dan anak
- Hubungan antara Kakak dan Adik
- Hubungan antara Kawan dan Sahabat
- Delapan Kebajikan (Ba De):
- Xiao - Laku Bakti
- Ti - Rendah Hati
- Zhong - Satya
- Xin - Dapat Dipercaya
- Li - Susila
- Yi - Bijaksana
- Lian - Suci Hati
- Chi - Tahu Malu
- Zhong Shu = Satya dan Tepa selira/Tahu Menimbang:
7. Kitab suci
Kitab sucinya ada 2 kelompok, yakni:- Wu Jing (五 經) (Kitab Suci yang Lima) yang terdiri atas:
- Kitab Sanjak Suci 詩經 Shi Jing
- Kitab Dokumen Sejarah 書經 Shu Jing
- Kitab Wahyu Perubahan 易經 Yi Jing
- Kitab Suci Kesusilaan 禮經 Li Jing
- Kitab Chun-qiu 春秋經 Chunqiu Jing
- Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas:
8. Definisi agama menurut agama Khonghucu
Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup di dalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firmanNya.9. Nabi
Para nabi (儒教聖人) Ru Jiao di antaranya:- Nabi Purba (扶羲) Fu Xi * 2952 – 2836 SM
- Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa (Lie Kwa, Hokian) yang menciptakan Hukum Perkawinan
- Nabi Purba (神農) Shen Nong 2838 – 2698 SM
- Nabi Purba (黃帝) Huang Di 2698 – 2596 SM
- Istrinya, Nabi Lei Zu adalah penemu sutra yang ditenunnya dari kepompong ulat sutra dan bersama Huang Di menciptakan alat tenun, pakaian Hian Ik (pakaian harian) dan Hong Siang (pakaian upacara).
- Nabi Purba (堯) Yao 2357 – 2255 SM
- Nabi Purba (舜) Shun 2255 – 2205 SM
- Nabi Purba (大 禹) Da Yu * 2205 – 2197 SM
- Nabi Purba (商 湯) Shang Tang* 1766 – 1122 SM
- Nabi Wen, Wu 文, 武 (周公) Zhou-gong* 1122 – 255 SM
- Nabi Besar (孔 子) Kong Zi* 551 – 479 SM
- Nabi Ferdi Zhi 480-499 SM
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar